Puluhan Warga Gaza Tewas Akibat Tembakan Pasukan Israel
Ketegangan antara Israel dan Palestina kembali memuncak setelah serangan terbaru yang terjadi di Jalur Gaza menewaskan puluhan warga sipil.
Berdasarkan laporan dari sejumlah media internasional dan lembaga kemanusiaan, sedikitnya 30 orang
dilaporkan tewas dalam serangan militer yang dilakukan oleh pasukan Israel pada pertengahan Juni 2025.
Serangan tersebut disebut sebagai bagian dari operasi militer berkelanjutan yang dilakukan oleh Israel dengan dalih menghentikan serangan roket dari wilayah Gaza yang dikuasai oleh kelompok Hamas. Namun, dalam prosesnya, serangan tersebut menyebabkan jatuhnya korban dari kalangan warga sipil, termasuk perempuan dan anak-anak.

Kronologi Serangan
Menurut laporan dari Kementerian Kesehatan di Gaza, serangan udara dan tembakan darat terjadi di beberapa wilayah padat penduduk di bagian utara dan tengah Gaza. Warga melaporkan adanya suara ledakan besar pada malam hari, disusul dengan rentetan tembakan yang menyebabkan kekacauan dan kepanikan massal.
Tim penyelamat dan relawan medis berusaha mengevakuasi korban di tengah situasi yang penuh risiko. Rumah-rumah hancur, bangunan rata dengan tanah, dan jalanan dipenuhi puing-puing. Banyak keluarga harus mengungsi secara darurat tanpa membawa perlengkapan karena takut menjadi korban serangan susulan.
“Ledakan terjadi begitu cepat, kami tidak sempat menyelamatkan apa-apa. Anak-anak saya menangis ketakutan,” ujar seorang warga Gaza kepada media lokal, menggambarkan betapa mengerikannya kondisi di lapangan.
Korban Didominasi Warga Sipil
Data sementara dari organisasi kemanusiaan menunjukkan bahwa sebagian besar korban yang tewas adalah warga sipil yang tidak bersenjata. Di antara mereka terdapat ibu rumah tangga, anak-anak usia sekolah, dan lansia. Kondisi ini memicu keprihatinan dan kecaman dari berbagai pihak, termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), lembaga hak asasi manusia, dan negara-negara sahabat.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan Gaza menyatakan bahwa rumah sakit di wilayah tersebut kini kewalahan menangani lonjakan jumlah korban. Stok obat-obatan, alat medis, dan tempat tidur rumah sakit sudah sangat terbatas sejak awal tahun akibat blokade yang terus berlangsung.
“Kami membutuhkan bantuan medis internasional segera. Banyak korban luka dalam kondisi kritis,” tegasnya.
Tanggapan Israel
Pihak militer Israel mengonfirmasi bahwa mereka melakukan serangan terhadap beberapa target yang diklaim sebagai basis operasi Hamas dan kelompok bersenjata lainnya. Menurut juru bicara militer Israel, tindakan tersebut diambil untuk mencegah serangan roket yang diluncurkan dari Gaza ke wilayah selatan Israel.
“Kami hanya menargetkan lokasi yang telah diidentifikasi sebagai pusat peluncuran roket dan terowongan militan. Setiap operasi dilakukan dengan mempertimbangkan langkah-langkah untuk meminimalkan korban sipil,” ujar juru bicara militer.
Namun, berbagai laporan dari lapangan justru menunjukkan bahwa sejumlah bangunan sipil dan kawasan pemukiman menjadi sasaran. Foto-foto yang beredar di media sosial memperlihatkan kerusakan besar di kompleks perumahan dan pasar tradisional.
Reaksi Internasional
Tragedi kemanusiaan ini memicu gelombang kecaman dari masyarakat internasional. Sekretaris Jenderal PBB,
António Guterres, mengungkapkan keprihatinannya yang mendalam terhadap peningkatan kekerasan dan menyerukan segera dilakukannya gencatan senjata.
“Setiap tindakan militer yang mengakibatkan korban sipil dalam jumlah besar adalah pelanggaran serius terhadap hukum humaniter internasional. Kami menyerukan semua pihak untuk menahan diri dan mengupayakan penyelesaian damai,” kata Guterres dalam pernyataannya di Markas Besar PBB di New York.
Sementara itu, beberapa negara di kawasan Timur Tengah seperti Mesir, Qatar, dan Turki, menyerukan perundingan diplomatik untuk meredakan ketegangan. Mereka juga menawarkan diri menjadi mediator guna membuka jalur komunikasi antara kedua pihak yang bertikai.
Seruan Kemanusiaan
Organisasi-organisasi kemanusiaan internasional seperti Palang Merah dan Amnesty International menyerukan dibukanya koridor bantuan ke Gaza.
Mereka menegaskan bahwa konflik berkepanjangan tidak hanya menimbulkan korban jiwa, tetapi juga memperburuk kondisi sosial dan ekonomi masyarakat sipil yang sudah tertekan.
“Anak-anak di Gaza tumbuh dalam ketakutan, trauma, dan ketidakpastian. Mereka berhak atas masa depan yang aman dan layak,” ujar perwakilan UNICEF untuk wilayah Timur Tengah.
Baca juga: Israel Lancarkan Serangan Kemarkas Pertahanan Iran Hujan Rudal
Penutup
Situasi di Gaza semakin memburuk seiring dengan meningkatnya ketegangan militer antara Israel dan Hamas.
Puluhan warga sipil menjadi korban, dan infrastruktur sipil mengalami kerusakan parah.
Masyarakat internasional kini menanti langkah konkret dari komunitas global untuk menghentikan kekerasan dan mendorong perdamaian yang adil dan berkelanjutan bagi kedua belah pihak.