Korsel Angkat 3 Isu Penting di Keketuaan MIKTA 2025, Tekankan Upaya Perdamaian

Korsel Angkat 3 Isu Penting di Keketuaan MIKTA 2025, Tekankan Upaya Perdamaian
Korsel Angkat 3 Isu Penting di Keketuaan MIKTA 2025, Tekankan Upaya Perdamaian

Korsel Angkat 3 Isu Penting di Keketuaan MIKTA 2025, Tekankan Upaya Perdamaian

Korea Selatan secara resmi mengambil alih keketuaan MIKTA pada tahun 2025, sebuah forum kemitraan

strategis yang beranggotakan lima negara dengan kekuatan ekonomi menengah: Meksiko, Indonesia

Korea Selatan, Turki, dan Australia. Dalam momentum ini, Seoul mengangkat tiga isu utama yang

menjadi fokus kebijakannya selama masa kepemimpinan, dengan penekanan khusus pada upaya menjaga perdamaian global di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik internasional.

Korsel Angkat 3 Isu Penting di Keketuaan MIKTA 2025, Tekankan Upaya Perdamaian

Dalam pidato pembukaannya sebagai ketua MIKTA 2025, Presiden Korea Selatan menegaskan bahwa

situasi global yang terus bergejolak membutuhkan peran aktif negara-negara berpengaruh menengah

untuk menjembatani kesenjangan antara kekuatan besar dan negara berkembang. Oleh karena itu, isu perdamaian dan stabilitas internasional menjadi pilar utama dalam agenda Korea Selatan.

Korsel berkomitmen untuk mempromosikan dialog damai di kawasan yang rentan konflik, seperti Semenanjung Korea

Timur Tengah, dan Eropa Timur. Pemerintah Korea Selatan juga menyuarakan pentingnya penguatan

diplomasi preventif, kerja sama antar-negara anggota, serta peran aktif PBB dan organisasi regional dalam mencegah eskalasi kekerasan.

Presiden Korsel menyatakan, “MIKTA adalah platform yang ideal untuk menunjukkan bahwa negara-negara dengan kekuatan menengah mampu memainkan peran signifikan dalam menjaga ketertiban dunia. Melalui kerja sama multilateral, kita bisa menjadi agen perdamaian yang konkret, bukan sekadar penonton pasif dalam percaturan global.”

Stabilitas Ekonomi dan Ketahanan Rantai Pasok

Isu kedua yang diangkat adalah perlunya menjaga stabilitas ekonomi global di tengah ketidakpastian yang disebabkan oleh konflik geopolitik, perubahan iklim, dan disrupsi rantai pasokan. Korea Selatan menekankan bahwa negara-negara MIKTA memiliki posisi strategis sebagai jembatan antara negara maju dan berkembang dalam menciptakan sistem perdagangan global yang adil dan berkelanjutan.

Korsel mendorong penguatan kemitraan ekonomi intra-MIKTA, pengurangan ketergantungan pada satu sumber pasokan utama, serta peningkatan kerja sama dalam pengembangan teknologi hijau dan transformasi digital. Pemerintah Korsel juga menyerukan pembentukan sistem peringatan dini untuk menghadapi krisis pasokan, seperti pangan, energi, dan semikonduktor, yang menjadi sangat vital bagi perekonomian global.

Penguatan Multilateralisme dan Tata Kelola Global

Isu ketiga yang menjadi sorotan dalam keketuaan Korea Selatan adalah penguatan multilateralisme serta

reformasi tata kelola global. Korsel mendorong MIKTA untuk menjadi kekuatan kolektif yang mampu

memperkuat institusi-institusi internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).

Korea Selatan percaya bahwa dunia membutuhkan sistem yang lebih inklusif, representatif, dan transparan.

Dalam hal ini, Korsel mengusulkan pembentukan forum tahunan MIKTA+ yang melibatkan negara

NADIA4D berkembang lain dan organisasi masyarakat sipil guna menyuarakan kepentingan kelompok yang selama ini kurang terwakili dalam pengambilan keputusan global.

MIKTA juga didorong untuk lebih aktif dalam isu-isu lintas batas seperti perubahan iklim, kesenjangan digital, keamanan

siber, dan migrasi global. “Tata kelola global yang adil bukan hanya tentang kekuasaan, tetapi tentang kolaborasi yang setara. MIKTA harus menjadi contoh bahwa konsensus bisa dicapai tanpa dominasi,” ujar Menteri Luar Negeri Korea Selatan dalam forum awal tahun.

Harapan bagi Kepemimpinan Korea Selatan

Keketuaan Korea Selatan di MIKTA 2025 dipandang sebagai momentum penting untuk menunjukkan peran negara-negara

menengah dalam membentuk arsitektur global yang lebih damai, adil, dan berkelanjutan. Dukungan dari Indonesia, Meksiko, Turki, dan Australia terhadap agenda yang diusung Seoul menunjukkan bahwa kerja sama multilateral masih memiliki masa depan di tengah dinamika internasional yang kompleks.

Para pengamat berharap keketuaan ini tidak hanya menghasilkan deklarasi semata, tetapi juga langkah-langkah

konkret yang dapat diimplementasikan lintas kawasan. Dengan visi strategis dan komitmen pada perdamaian

Korea Selatan diharapkan mampu mendorong MIKTA menjadi forum yang lebih relevan dan berpengaruh dalam menghadapi tantangan global.

Baca juga: Israel Dihadapkan Puluhan Ribu Permintaan Ganti Rugi

By Admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

saya bukan robot *Time limit exceeded. Please complete the captcha once again.