Pilu di Gaza 24 Jam Terakhir: 138 Warga Tewas, 452 Terluka Cari Bantuan Medis
Konflik berkepanjangan di Jalur Gaza kembali memakan korban jiwa dalam jumlah besar.
Dalam 24 jam terakhir, dilaporkan 138 warga sipil tewas dan sedikitnya 452 orang terluka, sebagian besar di antaranya adalah perempuan dan anak-anak.
Data ini dirilis oleh Kementerian Kesehatan di Gaza dan didukung oleh laporan dari berbagai lembaga kemanusiaan internasional.
Kebanyakan korban terluka ketika mereka mencoba mengakses pusat bantuan medis dan distribusi makanan
namun terjebak dalam serangan udara dan penembakan yang terus berlangsung Situasi ini menambah panjang daftar krisis kemanusiaan yang belum menunjukkan tanda-tanda mereda.
Pilu di Gaza 24 Jam Terakhir: 138 Warga Tewas, 452 Terluka Cari Bantuan Medis
Pihak berwenang setempat melaporkan bahwa banyak dari korban tidak dapat segera memperoleh perawatan medis yang memadai
karena jumlah rumah sakit yang masih berfungsi sangat terbatas. Serangan sebelumnya telah merusak atau menghancurkan sebagian besar infrastruktur kesehatan, membuat para tenaga medis kewalahan menangani lonjakan pasien.
Rumah Sakit Al-Aqsa dan beberapa klinik darurat di Rafah dan Khan Younis kini menjadi titik penumpukan pasien luka berat.
Tenaga kesehatan bekerja nyaris tanpa henti, dengan pasokan obat-obatan yang semakin menipis, dan peralatan medis yang tidak mencukupi.
“Banyak pasien datang dengan luka tembak, luka bakar, dan trauma serius.
Kami tidak bisa menangani semuanya dalam kondisi seperti ini,” ujar seorang dokter dari Palang Merah Internasional yang bertugas di lapangan.
Warga Sipil Jadi Korban Terus-Menerus
Tragedi ini semakin menyoroti vulnerabilitas warga sipil di tengah konflik militer yang semakin memburuk.
Banyak dari korban adalah pengungsi internal yang sedang mencari bantuan makanan atau air bersih.
Beberapa dari mereka berada di antrean bantuan ketika ledakan terjadi di sekitar mereka.
Organisasi kemanusiaan menyebutkan bahwa warga sipil Gaza kini hidup dalam situasi yang disebut sebagai “zona mati”, di mana hampir tidak ada tempat yang aman.
Sekolah, masjid, dan pusat komunitas yang sebelumnya digunakan sebagai tempat pengungsian, kini juga tidak luput dari dampak serangan.
Kecaman Internasional dan Desakan Gencatan Senjata
Sejumlah organisasi internasional dan negara sahabat telah mengeluarkan pernyataan kecaman terhadap peningkatan kekerasan dalam 24 jam terakhir.
PBB melalui juru bicaranya menyatakan keprihatinan mendalam atas meningkatnya jumlah korban sipil dan menegaskan pentingnya akses tanpa hambatan untuk bantuan kemanusiaan.
Dewan Keamanan PBB kembali mendesak dilakukannya gencatan senjata segera dan permanen, seraya menyerukan semua pihak untuk mematuhi hukum humaniter internasional.
Namun, hingga kini belum ada tanda bahwa pertempuran akan segera mereda.
Bantuan Internasional Masih Terbatas
Sementara itu, distribusi bantuan dari lembaga-lembaga internasional masih mengalami hambatan berat.
Penutupan jalur lintas perbatasan, pembatasan masuknya truk bantuan, serta serangan terhadap konvoi medis membuat pengiriman bantuan menjadi sangat sulit dan berisiko tinggi.
PBB dan lembaga seperti UNRWA (United Nations Relief and Works Agency) terus menyerukan kepada
semua pihak agar membuka jalur kemanusiaan yang aman untuk menyalurkan makanan, obat-obatan, dan air bersih kepada warga Gaza yang kini hidup dalam kondisi darurat.
Penutup: Penderitaan yang Tak Berkesudahan
Kondisi di Gaza dalam 24 jam terakhir kembali menggambarkan betapa mendesaknya penyelesaian konflik secara damai dan berkeadilan.
Dengan 138 korban jiwa dan 452 orang terluka, dunia kembali dihadapkan pada potret nyata penderitaan manusia yang tak kunjung berakhir.
Baca juga:Hemat Biaya Inggris Akan Pensiunkan Kereta Kerajaan Favorit Ratu Elizabeth