Israel Lancarkan Serangan Kemarkas Pertahanan Iran Hujan Rudal kembali memanas setelah Israel melancarkan serangan udara besar-besaran terhadap wilayah Iran pada Minggu (15/6/2025), yang menyasar berbagai fasilitas vital, termasuk kompleks energi serta kantor pusat Kementerian Pertahanan Iran yang terletak di Teheran.
Sebagai balasan, Iran menembakkan sejumlah rudal ke wilayah Israel bagian utara, yang menyebabkan korban jiwa di kawasan Galilea Berdasarkan laporan yang diterima dari sejumlah sumber internasional, termasuk Associated Press, ledakan dahsyat mengguncang beberapa titik di ibu kota Iran.
Sementara itu, di Israel, sistem peringatan serangan udara kembali diaktifkan menyusul hujan rudal yang diluncurkan oleh pasukan Iran. Salah satu rudal dilaporkan menghantam sebuah bangunan apartemen di Galilea, menewaskan empat orang dan melukai beberapa lainnya.
Israel Lancarkan Serangan Kemarkas Dampak Yang Dihasilkan
Pemerintah Israel melalui pernyataan resmi yang disampaikan oleh juru bicara militer menyatakan bahwa operasi militer kali ini diarahkan secara spesifik ke pusat-pusat kekuatan strategis Iran.
Di antaranya adalah markas besar Kementerian Pertahanan Iran dan sejumlah fasilitas yang diduga kuat menjadi bagian dari program pengembangan senjata nuklir.
Kementerian Pertahanan Israel juga mengklaim bahwa dalam dua hari terakhir, pihaknya telah menggempur lebih dari 150 sasaran di Iran dengan menggunakan pesawat tempur generasi terbaru serta rudal berpemandu presisi tinggi.
Serangan tersebut dikatakan telah menewaskan sejumlah tokoh penting di tubuh militer dan ilmuwan strategis Iran.
“Berdasarkan laporan dari komando pusat, kami berhasil menetralkan sembilan ilmuwan senior yang selama ini diketahui berperan dalam program pengayaan uranium Iran.
Selain itu, beberapa perwira tinggi militer juga turut menjadi korban,” ungkap Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, dalam konferensi pers yang digelar di Yerusalem.
Di sisi lain, Pemerintah Iran menyampaikan bahwa serangan udara Israel menyebabkan kerusakan besar di wilayah permukiman sipil dan menyebabkan jatuhnya korban jiwa dalam jumlah signifikan.
Duta Besar Iran untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa menyebutkan bahwa serangan tersebut telah menewaskan setidaknya 78 orang dan melukai lebih dari 320 warga sipil maupun aparat militer.
Respon Internasional dan Pembatalan Perundingan Diplomatik
Ketegangan antara kedua negara tersebut langsung mendapat perhatian dari berbagai pihak di kancah global.
Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, dalam pernyataan tertulisnya, menyerukan kepada kedua belah pihak untuk segera menghentikan aksi kekerasan dan membuka ruang dialog diplomatik.
“Kami sangat prihatin dengan eskalasi militer antara Republik Islam Iran dan Negara Israel. Semua pihak diharapkan untuk menahan diri dan mengutamakan penyelesaian damai demi menjaga stabilitas kawasan,” tulis Guterres.
Sementara itu, agenda perundingan nuklir antara Iran dan Amerika Serikat yang sedianya akan digelar di Muskat, Oman, pada Minggu, secara resmi dibatalkan.
Pembatalan ini dikonfirmasi oleh pihak mediator dari Pemerintah Oman yang menyatakan bahwa kondisi yang berkembang tidak lagi kondusif bagi dilaksanakannya dialog.
Pemerintah Amerika Serikat melalui juru bicara Gedung Putih menyatakan penyesalan atas pembatalan tersebut, seraya menyatakan kesiapan untuk melanjutkan perundingan kapan pun situasi memungkinkan.
“Amerika tetap berkomitmen pada solusi diplomatik dan berharap Iran dapat kembali menunjukkan itikad untuk berdialog,” ujar pejabat senior Departemen Luar Negeri AS.
Namun demikian, dari pihak Iran, pernyataan yang disampaikan oleh diplomat senior Abbas Araghchi menyebutkan bahwa perundingan saat ini sudah tidak memiliki dasar moral maupun politik untuk dilanjutkan.
Ia menuding Israel telah melakukan pelanggaran serius terhadap kedaulatan negara Iran dengan cara yang tidak mungkin dilakukan tanpa dukungan dari kekuatan besar.
“Serangan terhadap jantung pertahanan nasional kami bukan hanya tindakan agresi militer, tetapi juga bukti nyata bahwa tidak ada niat baik dari pihak lain untuk menyelesaikan perselisihan secara damai.
Kabinet Keamanan Israel Adakan Sidang Darurat
Sangat tidak logis jika kami diminta bernegosiasi sementara darah rakyat kami mengalir,” tegas Araghchi dalam pertemuan darurat bersama utusan Uni Eropa.
Meskipun Pemerintah Amerika membantah terlibat secara langsung dalam serangan tersebut, pernyataan itu tidak serta merta menurunkan ketegangan.
Iran tetap meyakini bahwa dukungan logistik dan intelijen dari Barat, khususnya Amerika Serikat, memungkinkan Israel melakukan operasi sebesar ini dengan akurasi tinggi.
Merespons balasan rudal Iran dan situasi yang berkembang di lapangan, Pemerintah Israel langsung menggelar sidang darurat kabinet keamanan pada Minggu malam.
Dalam pertemuan tertutup tersebut, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dilaporkan mengevaluasi kesiapan militer untuk kemungkinan konfrontasi jangka panjang.
“Keamanan nasional adalah prioritas utama kami. Kami akan memastikan bahwa setiap ancaman terhadap kedaulatan Israel mendapat balasan yang setimpal,” ujar Netanyahu dalam pernyataan singkat kepada awak media.
Baca Juga : Serangan Udara Dari Israel Bunuh Sebanyak 60 Orang Di Gaza
Konflik antara Israel dan Iran kini telah memasuki fase yang jauh lebih kritis, dengan kemungkinan memburuknya situasi jika tidak ada langkah konkret dari komunitas internasional untuk menengahi.
Serangan udara yang saling dilancarkan kedua negara tidak hanya mengorbankan nyawa, namun juga menggagalkan upaya diplomatik yang selama ini telah dibangun dengan susah payah.
Dunia internasional kini menaruh harapan besar agar kedua pihak kembali ke meja perundingan dan menghentikan segala bentuk kekerasan demi kestabilan dan perdamaian jangka panjang di kawasan Timur Tengah.