Israel Larang Mufti Yerusalem Masuk Masjid Al Aqsa usai Kecam Kelaparan Gaza

Israel Larang Mufti Yerusalem Masuk Masjid Al Aqsa usai Kecam Kelaparan Gaza
Israel Larang Mufti Yerusalem Masuk Masjid Al Aqsa usai Kecam Kelaparan Gaza

Israel Larang Mufti Yerusalem Masuk Masjid Al Aqsa usai Kecam Kelaparan Gaza

Pemerintah Israel secara resmi melarang Mufti Agung Yerusalem, Sheikh Muhammad Hussein, untuk memasuki kompleks Masjid Al Aqsa.

Kebijakan ini dikeluarkan tak lama setelah sang mufti menyampaikan kecaman keras terhadap tindakan militer Israel di Gaza

terutama terkait krisis kelaparan yang melanda wilayah tersebut. Keputusan kontroversial ini memicu gelombang kritik dari berbagai organisasi keagamaan dan HAM internasional.

Sheikh Muhammad Hussein dikenal sebagai salah satu tokoh agama paling berpengaruh di wilayah Yerusalem.

Dalam beberapa pekan terakhir, ia secara terbuka mengkritik blokade dan serangan yang memperparah penderitaan warga sipil di Jalur Gaza.

Dalam salah satu khutbahnya, ia menggambarkan kondisi warga Gaza sebagai “bencana kemanusiaan yang tak dapat diterima oleh hati nurani mana pun.”

Israel Larang Mufti Yerusalem Masuk Masjid Al Aqsa usai Kecam Kelaparan Gaza

Larangan ini langsung mendapat sorotan dari berbagai negara dan organisasi internasional. Human Rights Watch menyebut kebijakan tersebut sebagai pelanggaran terhadap kebebasan beragama dan ekspresi.

PBB melalui juru bicara HAM-nya juga menyatakan keprihatinan mendalam atas pembungkaman suara keagamaan yang menyerukan kemanusiaan.

Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) menyebut tindakan ini sebagai upaya sistematis untuk membungkam pemuka agama yang menyuarakan penderitaan rakyat Palestina.

Beberapa negara seperti Turki, Iran, dan Indonesia pun mengutuk keras larangan tersebut dan mendesak Israel untuk segera mencabutnya.

Situasi Kemanusiaan di Gaza Semakin Buruk

Kelaparan yang terjadi di Gaza kini telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan. Blokade ketat yang diberlakukan sejak pecahnya konflik terbaru antara Israel dan Hamas telah menghambat distribusi makanan dan bantuan kemanusiaan.

Laporan dari organisasi kemanusiaan menunjukkan bahwa ribuan keluarga mengalami kekurangan gizi parah, terutama anak-anak dan lansia.

Menurut World Food Programme (WFP), lebih dari 80% populasi Gaza kini bergantung pada bantuan makanan, namun distribusinya sangat terbatas karena blokade dan serangan udara yang berkelanjutan.

Sheikh Hussein menyuarakan penderitaan ini dalam beberapa ceramahnya, menyebutkan bahwa dunia harus membuka mata terhadap tragedi kemanusiaan di wilayah itu.

Ketegangan Politik dan Agama Meningkat

Larangan terhadap mufti juga memperburuk ketegangan politik dan agama di Yerusalem, terutama di wilayah Kota Tua yang menjadi pusat tiga agama besar dunia.

Kompleks Masjid Al Aqsa adalah tempat suci bagi umat Islam, dan pelarangan tokoh agamanya masuk ke situs tersebut dinilai sebagai provokasi besar.

Warga Palestina menggelar aksi solidaritas di depan gerbang Masjid Al Aqsa sebagai bentuk dukungan terhadap mufti.

Mereka menganggap tindakan Israel sebagai penghinaan terhadap simbol-simbol keagamaan Islam dan bentuk penindasan terhadap rakyat Palestina secara keseluruhan.

Tuntutan Pencabutan Larangan dan Dialog Internasional

Sejumlah tokoh agama lintas negara menyerukan agar Israel mencabut larangan terhadap Sheikh Muhammad Hussein dan menghentikan

kebijakan represif terhadap tokoh agama yang menyuarakan keprihatinan kemanusiaan. Seruan ini juga disampaikan dalam forum-forum internasional seperti Dewan HAM PBB dan Majelis Umum OKI.

Beberapa mediator perdamaian internasional mendesak agar isu ini dijadikan agenda utama dalam pembicaraan damai Timur Tengah.

Mereka menilai bahwa tindakan seperti ini hanya akan menghambat proses rekonsiliasi dan memperkeruh konflik yang sudah berlangsung puluhan tahun.

Kesimpulan

Larangan terhadap Mufti Yerusalem masuk ke Masjid Al Aqsa merupakan langkah yang memperlihatkan eskalasi konflik politik dan agama di kawasan tersebut.

Di saat dunia menyerukan perdamaian dan penanganan krisis kemanusiaan di Gaza, pembungkaman suara-suara keadilan justru memperparah situasi.

Masyarakat internasional dihadapkan pada tanggung jawab moral untuk mengambil langkah konkret dalam menjaga hak-hak asasi, kebebasan beragama, dan martabat manusia di wilayah konflik.

By Admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

saya bukan robot *Time limit exceeded. Please complete the captcha once again.