Kehadiran Militer Asing Diukraina Akibatkan Ancaman Bagi Rusia Dalam pernyataan resmi yang disampaikan oleh Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, pada Rabu (9/4/2025), disebutkan bahwa setiap bentuk kehadiran kekuatan militer asing di Ukraina, tanpa memandang asal negara, mandat, maupun simbol yang digunakan, akan dianggap sebagai ancaman nyata terhadap keamanan dan kedaulatan negara Rusia.
“Federasi Rusia tidak dapat menoleransi kehadiran kekuatan militer asing di Ukraina dalam bentuk dan alasan apa pun. Apakah mereka dikirim dengan mandat kemanusiaan, penjaga perdamaian, atau sebagai pasukan penjamin keamanan dari pihak ketiga, semua itu tetap kami nilai sebagai potensi bahaya bagi stabilitas dan integritas nasional kami,” tegas Zakharova dalam sesi konferensi pers yang digelar di Moskow.
Pernyataan tersebut disampaikan dalam konteks meningkatnya wacana pengiriman pasukan militer Eropa ke Ukraina pasca konflik yang berkepanjangan antara Rusia dan Ukraina yang telah berlangsung sejak Februari 2022.
Zakharova menambahkan bahwa kehadiran kekuatan militer yang tidak diundang di wilayah yang berbatasan langsung dengan Rusia merupakan pelanggaran terhadap prinsip-prinsip hubungan internasional dan dapat memicu eskalasi serius di kawasan.
Kehadiran Militer Asing Diukraina: Ancaman
Lebih jauh, Maria Zakharova memperingatkan bahwa keberadaan pasukan asing di Ukraina, terutama jika berasal dari negara-negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), berpotensi menimbulkan ketegangan tinggi dan bahkan dapat mengarah pada konfrontasi terbuka antara Rusia dengan aliansi tersebut. Ia menyebut skenario tersebut sebagai kemungkinan yang sangat berbahaya tidak hanya bagi kawasan Eropa Timur, tetapi juga bagi stabilitas global.
“Kami melihat langkah seperti itu sebagai provokasi terbuka. Apabila pasukan dari negara-negara NATO benar-benar hadir secara fisik di Ukraina, maka hal tersebut bisa menjadi titik awal konfrontasi langsung antara Rusia dan NATO. Dan ini bukan hanya soal dua negara, tetapi melibatkan seluruh aliansi militer tersebut,” tegasnya.
Pernyataan ini datang tidak lama setelah Presiden Prancis Emmanuel Macron mengumumkan kemungkinan pengiriman pasukan dari negara-negara anggota Uni Eropa ke Ukraina dalam konteks misi “penjamin keamanan.
”Dalam konferensi tingkat tinggi yang digelar di Paris pada 27 Maret 2025 lalu, Presiden Macron mengungkapkan rencana strategis berupa penyebaran pasukan dari negara-negara Eropa yang bersedia, guna menjaga titik-titik strategis di Ukraina apabila kesepakatan damai antara Rusia dan Ukraina dapat tercapai.
Macron menyebut inisiatif ini sebagai bagian dari tanggung jawab moral dan politik Eropa untuk mendukung Ukraina dalam mempertahankan kedaulatannya. Ia menambahkan bahwa Eropa tidak dapat membiarkan Ukraina sendirian menghadapi tekanan dan ancaman dari Rusia, terutama dalam masa-masa transisi menuju perdamaian yang berkelanjutan.
Reaksi Tegas dari Pemerintah Rusia
Namun demikian, Moskow menyikapi rencana tersebut dengan sangat serius. Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, menyatakan bahwa usulan yang disampaikan oleh Macron adalah tindakan yang tidak dapat diterima dan sangat berisiko. Dalam sebuah pernyataan resmi, Lavrov menyatakan bahwa “tidak ada ruang untuk kompromi” dalam isu kehadiran pasukan asing di Ukraina.
“Kehadiran militer asing dalam bentuk apa pun di Ukraina merupakan pelanggaran terhadap keamanan nasional Rusia. Hal tersebut bukan hanya akan memperpanjang konflik, tetapi juga akan mempersulit tercapainya solusi diplomatik yang adil dan berimbang,” ujar Lavrov.
Ia juga menyatakan bahwa Rusia akan menggunakan segala cara yang diperlukan untuk memastikan bahwa integritas wilayah dan kepentingan nasionalnya tidak diganggu oleh kekuatan asing. Pihaknya menekankan bahwa dialog dan negosiasi adalah satu-satunya jalan untuk mencapai perdamaian yang abadi, bukan dengan mengirim lebih banyak pasukan bersenjata ke wilayah konflik.
Situasi di Lapangan dan Tanggapan Global
Sementara itu, situasi di lapangan terus menunjukkan dinamika yang tidak menentu. Di berbagai wilayah perbatasan timur Ukraina, ketegangan antara militer Ukraina dan pasukan separatis yang didukung oleh Rusia masih berlangsung.
Pemerintah Ukraina menyambut baik dukungan moral dan politik dari negara-negara Eropa, tetapi hingga saat ini belum ada pernyataan resmi mengenai kesiapan Ukraina untuk menerima pasukan penjamin keamanan dari negara asing.
Beberapa negara anggota NATO dilaporkan tengah meninjau usulan Prancis tersebut secara hati-hati. Sejumlah pemimpin negara Eropa menyuarakan kekhawatiran bahwa kehadiran pasukan asing secara terbuka di Ukraina akan memperkeruh suasana dan memperbesar risiko benturan langsung dengan Rusia.
Di sisi lain, Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, belum memberikan komentar resmi terkait usulan pengiriman pasukan oleh negara-negara anggota. Namun dalam beberapa kesempatan sebelumnya, Stoltenberg menyampaikan bahwa aliansi tetap berkomitmen mendukung Ukraina, tetapi akan berhati-hati dalam menentukan bentuk dukungan militer agar tidak memicu konflik yang lebih luas.
Penutup
Pernyataan tegas yang disampaikan oleh Rusia menegaskan bahwa ketegangan geopolitik di kawasan Eropa Timur masih jauh dari kata mereda. Dengan meningkatnya risiko intervensi militer oleh negara-negara luar di wilayah konflik, kemungkinan terjadinya eskalasi konflik tetap terbuka. Dalam kondisi seperti ini, diplomasi multilateral dan dialog antarnegara menjadi kunci utama untuk mencegah krisis yang lebih besar dan memastikan keamanan regional serta global tetap terjaga.
Baca Juga : Gunung Kanlaon Difilipina Meletus, Semburkan Abu Setinggi 4000