Kesepakatan Ukraina Dan Rusia Harus Tercapai Melalui Negosiasi Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, pada Jumat (14/2/2025), secara terbuka meminta Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, untuk memanfaatkan pengalamannya sebagai negosiator dalam upaya menengahi konflik yang tengah berlangsung antara Ukraina dan Rusia.
Dalam pidatonya di Konferensi Keamanan Munich, Zelenskyy menyatakan harapannya agar Trump dapat memainkan peran penting dalam menemukan solusi damai bagi konflik yang telah berlangsung selama lebih dari dua tahun.
“Kami berharap dapat mengandalkan Presiden Trump untuk memberikan bantuan dalam proses perdamaian ini,” ujar Zelenskyy, seperti dikutip dari Associated Press, Minggu (16/2/2025). “Saya sangat berharap dia dapat berperan aktif karena dia adalah Presiden Amerika Serikat.”
Kesepakatan Ukraina Dan Rusia Dipimpin Trump
Meskipun Trump tidak hadir dalam konferensi tersebut, Zelenskyy tetap memberikan apresiasi terhadap kepemimpinannya. Berbicara dalam bahasa Inggris di hadapan panel yang dihadiri oleh sejumlah senator Amerika Serikat, Zelenskyy menyebut Trump sebagai sosok yang kuat dan meyakini bahwa jika Trump benar-benar mendukung Ukraina, ia dapat menekan Presiden Rusia, Vladimir Putin, untuk menghentikan perang.
“Saya melihatnya sebagai pemimpin yang berpengaruh. Jika ia berada di pihak kami dan tidak mengambil posisi netral, saya yakin ia dapat memberikan tekanan kepada Putin untuk mengakhiri perang. Saya percaya ia memiliki kemampuan tersebut,” ungkapnya.
Perubahan Sikap Trump terhadap Konflik Ukraina
Pernyataan Zelenskyy ini muncul setelah Trump menunjukkan perubahan sikap terhadap kebijakan Amerika Serikat dalam mendukung Ukraina. Trump diketahui telah melakukan komunikasi langsung dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin, pada Rabu (12/2/2025). Meskipun isi percakapan tersebut tidak dijelaskan secara rinci, Trump mengindikasikan bahwa solusi damai yang mungkin diusulkan melibatkan kompromi dari pihak Ukraina, termasuk kemungkinan menyerahkan wilayah yang telah diduduki oleh Rusia sejak pencaplokan Krimea pada 2014.
Trump dikenal sebagai sosok yang memiliki pengalaman luas dalam negosiasi, yang telah ia bangun sejak karier awalnya sebagai pengusaha di New York. Pengalaman ini ia tuangkan dalam bukunya yang terkenal, The Art of the Deal, serta dalam program realitas The Apprentice yang sempat populer.
Dalam pernyataan lebih lanjut, Zelenskyy mengungkapkan bahwa ia bersedia bertemu dengan Putin, tetapi hanya dengan syarat bahwa pertemuan tersebut akan didasarkan pada rencana bersama yang telah dibahas dengan Trump terlebih dahulu.
“Saya tidak menutup kemungkinan untuk bertemu dengan Putin, tetapi hanya jika kami memiliki rencana konkret bersama dengan Presiden Trump,” jelasnya.
Zelenskyy juga mengonfirmasi bahwa Trump baru-baru ini memberikannya nomor kontak pribadi untuk komunikasi lebih lanjut.
Kekhawatiran Eropa terhadap Negosiasi Trump
Di tengah harapan terhadap keterlibatan Trump dalam negosiasi, beberapa pemimpin Eropa menyampaikan kekhawatiran mereka mengenai hasil yang mungkin muncul dari pendekatan negosiasi yang diusung oleh mantan Presiden AS tersebut.
Presiden Jerman, Frank-Walter Steinmeier, mengungkapkan bahwa solusi yang terlalu cepat dan sederhana dalam penyelesaian konflik ini justru dapat merugikan banyak pihak, termasuk Ukraina, Uni Eropa, dan bahkan Amerika Serikat sendiri.
“Sebuah kesepakatan damai yang terburu-buru dan tidak matang hanya akan memperlemah posisi semua pihak yang terlibat,” tegasnya.
Namun, berbeda dengan Jerman, Menteri Pertahanan Lituania, Dovile Sakaliene, menyatakan bahwa Eropa perlu menerima realitas bahwa mereka membutuhkan dukungan dari Amerika Serikat, termasuk dari Trump. Ia menilai Trump sebagai sosok yang memiliki kreativitas dalam menemukan solusi, meskipun terkadang tidak konvensional.