Profil Presiden Baru Korea Selatan Lee Jae-Myung Buruh Pabrik

Profil Presiden Baru Korea

Profil Presiden Baru Korea Selatan Lee Jae-Myung Buruh Pabrik pada Selasa, 4 Juni 2025 Kemenangan Lee dalam pemilihan umum presiden yang berlangsung sehari sebelumnya menjadi penanda perubahan besar di tengah dinamika politik nasional, terutama pasca pemakzulan Presiden sebelumnya, Yoon Suk Yeol.

Lee Jae-myung, tokoh progresif dari Partai Demokrat Korea, berhasil mengungguli pesaingnya dari kubu konservatif, Kim Moon-soo. Berdasarkan hasil akhir Komisi Pemilihan Nasional Korea Selatan, Lee memperoleh dukungan suara sebanyak 49,42 persen, mengalahkan Kim yang meraih 41,15 persen.

Selisih suara ini mencerminkan kepercayaan publik yang kuat terhadap visi perubahan dan latar belakang kehidupan Lee yang penuh perjuangan.

Pemilu luar biasa ini dilangsungkan menyusul keputusan parlemen Korea Selatan yang menjatuhkan pemakzulan terhadap Presiden Yoon Suk Yeol karena dugaan pelanggaran konstitusi.

Profil Presiden Baru Korea Selatan Lee Jae-Myung

Lee Jae-myung resmi menjabat sebagai Presiden Baru Korea Selatan pada 4 Juni 2025. (AP/Lee Jin-man)

Situasi tersebut menciptakan ketegangan politik yang cukup tinggi di tanah air, namun juga membuka peluang bagi hadirnya pemimpin baru dengan pendekatan berbeda.

Munculnya Lee Jae-myung sebagai presiden terpilih dipandang oleh banyak pengamat sebagai angin segar di tengah kegelisahan masyarakat. Latar belakang kehidupan Lee yang jauh dari kemewahan membuat dirinya dianggap lebih memahami permasalahan riil yang dihadapi rakyat, terutama kalangan kelas pekerja dan masyarakat miskin perkotaan.

Berbeda dengan banyak tokoh politik Korea Selatan yang berasal dari kalangan elite, Lee Jae-myung lahir dari keluarga yang hidup dalam keterbatasan. Ia dilahirkan pada tahun 1963 di sebuah desa kecil di wilayah Andong, Provinsi Gyeongsang Utara, sebagai anak kelima dari tujuh bersaudara. Sejak kecil, Lee telah menghadapi berbagai tekanan ekonomi yang membuatnya harus meninggalkan bangku pendidikan di usia dini.

Setelah menyelesaikan pendidikan sekolah dasar, Lee terpaksa bekerja di pabrik-pabrik di daerah Seongnam, dekat Seoul, untuk membantu perekonomian keluarga.

Pada usia 13 tahun, ia mengalami kecelakaan kerja serius di sebuah pabrik sarung tangan bisbol, yang mengakibatkan cedera permanen pada pergelangan tangannya setelah tersangkut mesin press.

Dalam salah satu catatan otobiografinya yang diterbitkan tahun 2017, Lee mengisahkan betapa masa kecilnya diwarnai penderitaan, rasa malu, dan tekanan batin yang luar biasa.

Ia pernah mengalami kekerasan fisik di tempat kerja, serta merasa terhina ketika harus membantu ayahnya, yang bekerja sebagai pemulung, di pasar tradisional setempat. Keadaan tersebut membuatnya sempat dua kali mencoba mengakhiri hidup.

Namun, semangat pantang menyerah mendorongnya untuk bangkit. Lee kemudian memutuskan melanjutkan pendidikan ke jenjang sekolah menengah dan berhasil lulus dari SMA pada tahun 1978.

Ia kemudian melanjutkan ke Universitas Chung-Ang di Seoul melalui program beasiswa penuh dan mengambil jurusan hukum. Pada tahun 1986, ia lulus Ujian Pengacara Nasional dan memulai karier sebagai advokat yang fokus pada isu-isu hak asasi manusia.

Raja Properti Sydney Asal RI Gaet Perusahaan China, Bikin Proyek Ini

Perjalanan Karier Politik

Lee Jae-myung memulai kiprah politiknya sebagai wali kota Seongnam, sebelum kemudian menjabat sebagai Gubernur Provinsi Gyeonggi.

Gaya kepemimpinannya yang tegas, langsung, dan membumi membuatnya dikenal sebagai sosok pemimpin yang berpihak pada rakyat kecil. Ia sering kali meluncurkan kebijakan pro-rakyat, termasuk program kesejahteraan sosial dan perumahan bagi warga berpenghasilan rendah.

Popularitas Lee semakin meningkat saat ia menjadi kandidat dalam pemilihan presiden sebelumnya, meskipun saat itu belum berhasil meraih kursi presiden.

Dalam pemilu terbaru ini, pengalamannya sebagai pemimpin daerah dan reputasinya sebagai pembela rakyat menjadi kekuatan utama yang mendorongnya memperoleh dukungan luas dari pemilih muda, buruh, serta masyarakat kelas menengah ke bawah.

Pada tahun 1992, Lee menikah dengan Kim Hye-kyung, dan dari pernikahan tersebut mereka dikaruniai dua anak. Dalam kehidupan pribadi maupun karier politiknya, Lee dikenal sebagai sosok yang menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan, ketekunan, dan keberanian dalam menghadapi tantangan.

Dalam banyak kesempatan, ia sering mengutip prinsip bahwa penderitaan adalah ujian dari harapan, bukan alasan untuk menyerah. “Harapan dan cobaan datang beriringan.

Cobaan tidak seharusnya membuat seseorang menyerah, melainkan menjadi tolak ukur seberapa besar tekad dan kesungguhan kita dalam mengejar harapan itu,” tulisnya dalam memoar yang diterbitkan delapan tahun silam.

Baca Juga : China Tuduh Pete Hegseth Tebar Perpecahan Di Asia Lewat Pidato

Sebagai presiden yang baru dilantik, Lee Jae-myung menghadapi tantangan besar, termasuk pemulihan ekonomi pascapandemi, ketegangan geopolitik di kawasan Asia Timur, serta permasalahan domestik seperti ketimpangan sosial dan krisis perumahan.

Namun, dengan pengalaman dan latar belakang kehidupannya yang penuh kerja keras, banyak pihak percaya bahwa Lee memiliki kapasitas untuk memimpin Korea Selatan ke arah yang lebih inklusif dan adil.

Pelantikannya tidak hanya menandai transisi kekuasaan, tetapi juga menjadi simbol perubahan paradigma dalam kepemimpinan politik negeri tersebut—dari elitisme menuju kepemimpinan berbasis empati dan pengalaman nyata.

By Admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

saya bukan robot *Time limit exceeded. Please complete the captcha once again.