Rumah PM Bangladesh Hancur Di Buat Oleh Ribuan Demonstran Ribuan demonstran di Bangladesh meluapkan kemarahan mereka terhadap mantan Perdana Menteri Sheikh Hasina dengan menghancurkan rumah keluarganya, yang selama ini menjadi simbol perjuangan kemerdekaan negara tersebut. Insiden ini mencerminkan ketegangan politik yang terus memanas sejak kejatuhan Hasina dari kekuasaan.
Menurut laporan yang dikutip dari The Guardian pada Sabtu (8/2/2025), aksi perusakan itu terjadi sebagai bentuk protes terhadap Hasina, yang oleh para pengunjuk rasa dianggap mewakili otoritarianisme. Mereka menilai rumah yang dahulu menjadi simbol kemerdekaan kini mencerminkan pemerintahan yang menekan perbedaan pendapat.
NBC News melaporkan bahwa ribuan pengunjuk rasa membakar rumah yang pernah dihuni oleh Sheikh Mujibur Rahman, ayah Hasina sekaligus pemimpin pendiri Bangladesh. Sementara itu, Hasina yang kini berada dalam pengasingan, menyampaikan pidato berapi-api melalui media sosial, menyerukan para pendukungnya untuk menentang pemerintahan sementara yang saat ini berkuasa.
Rumah PM Bangladesh Hancur Dan Dibakar
Serangan ini dipicu oleh pidato yang disampaikan Hasina kepada para pendukungnya dari pengasingannya di India, tempat ia melarikan diri pada tahun 2024 menyusul pemberontakan besar yang dipimpin mahasiswa. Pemberontakan tersebut, yang menandai akhir dari 15 tahun kekuasaannya, dituding banyak pihak sebagai buntut dari kebijakan represif yang diterapkannya selama memimpin negara.
Rumah yang diserang tersebut terletak di ibu kota Dhaka dan memiliki nilai historis tinggi karena merupakan tempat di mana Sheikh Mujibur Rahman mendeklarasikan pemisahan Bangladesh dari Pakistan pada tahun 1971. Rahman sendiri tewas dibunuh di rumah tersebut pada tahun 1975, dan sejak itu Hasina mengubahnya menjadi museum untuk mengenang perjuangan kemerdekaan.
Setelah kepergian Hasina dari Bangladesh, rumah tersebut beberapa kali menjadi titik pertemuan bagi para pendukungnya. Namun, dalam beberapa bulan terakhir, bangunan tersebut semakin sering menjadi sasaran serangan oleh kelompok oposisi yang menentang warisan politik Hasina. Selain itu, berbagai simbol pemerintahan dan partainya, Liga Awami, juga menjadi sasaran perusakan dan pembakaran oleh massa protes.
Eskalasi Konflik
Pada Rabu (5/2), sekelompok pengunjuk rasa mengancam akan merobohkan bangunan tersebut apabila Hasina tetap melanjutkan pidatonya. Ancaman itu akhirnya diwujudkan bersamaan dengan dimulainya aksi protes besar yang dirancang oleh partai Liga Awami untuk membangun kembali dukungan politik di tengah tuduhan kekerasan terhadap anggota dan pendukung Hasina.
Ketika Hasina mulai menyampaikan pidatonya, massa demonstran merangsek ke dalam rumah bersejarah itu dan mulai membongkar dinding-dinding bangunan menggunakan tangan kosong, batu, serta alat berat seperti ekskavator dan derek.
“Mereka tidak memiliki kekuatan untuk menghancurkan semangat kemerdekaan bangsa ini dengan buldoser. Mereka mungkin bisa merobohkan sebuah bangunan, tetapi mereka tidak akan bisa menghapus sejarah perjuangan kita,” ujar Hasina dalam pidatonya, sementara proses penghancuran terus berlangsung.
Dalam kesempatan tersebut, Hasina juga menyerukan kepada rakyat Bangladesh untuk menentang pemerintahan sementara yang dipimpin oleh Muhammad Yunus, seorang peraih Nobel Perdamaian. Ia menuduh bahwa pemerintahan tersebut merebut kekuasaan secara tidak konstitusional dan menekan hak-hak politik para pendukungnya.
Reaksi Publik dan Pemerintah
Hasnat Abdullah, seorang pemimpin mahasiswa yang terlibat dalam pemberontakan tahun lalu, memperingatkan media agar tidak menyiarkan pidato Hasina. Dalam unggahannya di Facebook, ia menuliskan, “Malam ini Bangladesh akan terbebas dari simbol fasisme.”
Sementara itu, banyak pengunjuk rasa meneriakkan slogan yang menyerukan eksekusi Hasina atas ratusan kematian yang terjadi selama pemberontakan yang menggulingkannya. Konflik tersebut telah menjadi salah satu periode paling berdarah dalam sejarah politik Bangladesh sejak kemerdekaan pada tahun 1971. Hasina sendiri meminta Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk melakukan penyelidikan atas kematian tersebut.