Serangan Udara Junta Myanmar Ada Di Gempur Desa Letpanhla

Serangan Udara Junta Myanmar

Serangan Udara Junta Myanmar Ada Di Gempur Desa Letpanhla wilayah Mandalay, menewaskan sedikitnya 12 warga sipil dan melukai puluhan lainnya. Insiden tragis ini kembali menambah daftar panjang kekerasan terhadap masyarakat sipil di tengah konflik bersenjata yang semakin memanas.

Serangan yang terjadi pada Jumat (14/3/2025) sore tersebut menyasar desa yang berada sekitar 60 kilometer di utara Mandalay, kota terbesar kedua di Myanmar. Wilayah tersebut diketahui dikuasai oleh Pasukan Pertahanan Rakyat (People’s Defence Forces/PDF), kelompok gerilyawan antikudeta yang terbentuk setelah militer menggulingkan pemerintahan sipil dalam kudeta tahun 2021.

Sejak merebut kekuasaan empat tahun lalu, militer Myanmar semakin sering menggunakan serangan Cerdas4D untuk menargetkan kelompok perlawanan maupun wilayah yang mereka anggap sebagai basis pertahanan oposisi. Konflik yang semakin memburuk telah menjerumuskan negara tersebut ke dalam perang saudara berkepanjangan, dengan serangan yang kerap menyasar kawasan padat penduduk.

Serangan Udara Junta Myanmar Meningkatkan

Serangan Udara Junta Myanmar Gempur Desa Letpanhla, 12 Warga Sipil Terbunuh  - Global Liputan6.com

Seorang pejabat administratif setempat yang tidak ingin disebutkan namanya menyatakan bahwa serangan udara dilakukan tanpa memperhitungkan dampaknya terhadap warga sipil.

“Banyak warga yang menjadi korban karena bom dijatuhkan di daerah yang ramai. Serangan terjadi ketika orang-orang sedang berada di pasar. Hingga saat ini, kami telah mencatat sedikitnya 12 orang tewas,” ujarnya, Sabtu (15/3/2025), seperti dikutip dari AFP.

Hingga saat ini, pihak junta belum memberikan tanggapan terkait insiden tersebut. Sementara itu, laporan dari unit lokal PDF menyebutkan bahwa jumlah korban tewas mencapai 27 orang, meskipun angka ini masih belum dapat diverifikasi secara independen.

Kesaksian Warga yang Selamat

Salah seorang warga, Myint Soe (62), menceritakan bahwa dirinya sedang berusaha mencari perlindungan saat pesawat militer mulai menjatuhkan bom di wilayah desa.

“Saya mendengar suara ledakan yang sangat keras saat saya tengah bersembunyi. Ketika saya keluar dan melihat area pasar, semuanya telah terbakar,” ujar Myint Soe.

Rekaman yang beredar menunjukkan kondisi bangunan yang luluh lantak, termasuk rumah dan restoran yang hangus terbakar. Dalam video lainnya, tampak warga berpakaian sipil serta pejuang PDF berusaha memadamkan api menggunakan air seadanya.

Salah satu pemandangan yang memilukan adalah saat tubuh seorang anak kecil yang berlumuran darah di bagian kepala dimasukkan ke dalam ambulans oleh seorang pria yang mengenakan seragam dengan lambang PDF. Suara tangisan terdengar di berbagai sudut desa, sementara beberapa warga menatap ke langit dengan penuh ketakutan, khawatir akan adanya serangan lanjutan.

Serangan Udara Semakin Meningkat Seiring Tekanan terhadap Junta

Konflik bersenjata di Myanmar semakin memburuk dalam beberapa tahun terakhir. Data yang dihimpun oleh organisasi nirlaba Armed Conflict Location and Event Data (ACLED) menunjukkan bahwa jumlah serangan udara terhadap warga sipil terus meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2024, tercatat hampir 800 serangan udara, angka yang meningkat lebih dari tiga kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya.

Menurut ACLED, meningkatnya jumlah serangan udara yang dilakukan oleh militer Myanmar merupakan indikasi bahwa junta sedang menghadapi tekanan besar di medan perang.

“Militer akan terus melancarkan serangan udara yang tidak pandang bulu di kawasan pemukiman penduduk. Ini adalah strategi mereka untuk melemahkan basis dukungan oposisi serta menghancurkan moral para pejuang perlawanan,” ungkap ACLED dalam laporan Desember 2024.

Selain itu, operasi militer yang dilakukan oleh aliansi kelompok etnis bersenjata pada akhir tahun 2023 menyebabkan junta kehilangan beberapa wilayah strategis. Para pengamat menilai bahwa serangan udara telah menjadi salah satu taktik utama yang digunakan militer Myanmar dalam menghadapi kelompok-kelompok bersenjata yang bermarkas di daerah perbatasan.

Potret Desa-desa yang Dibakar Junta Militer Myanmar

Dampak Konflik: Jutaan Warga Terusir dan Hidup dalam Kemiskinan

Perang saudara yang berkepanjangan di Myanmar telah menyebabkan krisis kemanusiaan yang mengkhawatirkan. Menurut laporan lembaga internasional, lebih dari 3,5 juta warga telah mengungsi akibat konflik yang terus berlanjut. Tidak hanya itu, separuh dari populasi negara tersebut kini hidup dalam kondisi kemiskinan ekstrem.

Kelompok hak asasi manusia menyoroti bahwa tindakan junta tidak hanya merenggut nyawa warga sipil, tetapi juga menghancurkan infrastruktur serta perekonomian di berbagai wilayah. Serangan udara yang menyasar desa-desa menyebabkan banyak penduduk kehilangan tempat tinggal serta akses terhadap kebutuhan dasar seperti pangan, air bersih, dan layanan kesehatan.

Seorang pengamat politik Asia Tenggara menegaskan bahwa dukungan teknis dari Rusia memainkan peran penting dalam memperkuat kemampuan angkatan udara Myanmar.

“Dengan adanya bantuan teknis dari Rusia, militer Myanmar memiliki kemampuan untuk mempertahankan dominasinya melalui serangan udara. Ini memberikan keuntungan taktis bagi junta, terutama dalam menghadapi kelompok perlawanan di wilayah-wilayah terpencil,” ujarnya.

Seruan untuk Penghentian Kekerasan

Berbagai organisasi kemanusiaan dan hak asasi manusia terus mendesak komunitas internasional untuk bertindak lebih tegas dalam menekan junta Myanmar agar menghentikan serangan terhadap warga sipil. Beberapa negara telah menjatuhkan sanksi terhadap pejabat tinggi junta serta perusahaan yang memiliki keterkaitan dengan militer, tetapi hingga saat ini, kekerasan masih terus berlangsung.

Para analis menilai bahwa selama tidak ada tekanan lebih kuat dari komunitas internasional, junta akan terus mengandalkan serangan udara untuk memperkuat cengkeramannya atas Myanmar.

Kesimpulan

Serangan udara yang dilakukan junta Myanmar di Desa Letpanhla, Mandalay, telah menambah daftar panjang pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi sejak kudeta 2021. Dengan jumlah korban jiwa yang terus bertambah serta meningkatnya frekuensi serangan udara, situasi di Myanmar semakin memprihatinkan.

Dalam kondisi ini, masyarakat sipil terus menjadi korban utama dari konflik berkepanjangan. Komunitas internasional diharapkan dapat mengambil langkah konkret guna menghentikan aksi brutal junta serta mendukung upaya kemanusiaan bagi jutaan warga Myanmar yang terdampak oleh perang saudara yang terus berlangsung.

Baca Juga : Gimana Kondisi Paus Fransiskus? Kabar Terkini Sudah Membaik

By Admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

saya bukan robot *Time limit exceeded. Please complete the captcha once again.