Usai Sepakati Gencatan Senjata, Oleh India-Pakistan Saling Tuduh pada Sabtu pagi (11/5/2025), ketegangan di sepanjang perbatasan kedua negara tidak serta merta mereda. Kedua negara justru kembali terlibat dalam saling tuduh terkait pelanggaran terhadap kesepakatan yang baru saja dicapai, dengan masing-masing pihak mengeklaim pihak lain sebagai pelaku awal pelanggaran gencatan senjata.
Kesepakatan gencatan senjata tersebut, yang diumumkan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump melalui platform media sosial Truth, disebut sebagai hasil dari upaya diplomasi multilateral yang melibatkan lebih dari 30 negara.
Meski belum diketahui secara rinci negara-negara mana saja yang terlibat, baik India maupun Pakistan mengonfirmasi bahwa kesepakatan telah dicapai dan berlaku segera di seluruh wilayah perbatasan yang disengketakan, termasuk di wilayah sensitif Kashmir.
Usai Sepakati Gencatan Senjata, Suara Ledakan Terjadi
Beberapa jam setelah kesepakatan diumumkan, warga di sejumlah kota besar di wilayah Kashmir yang dikuasai India, seperti Srinagar dan Jammu, melaporkan mendengar suara ledakan keras disertai kilatan cahaya di langit malam. Peristiwa ini mengindikasikan bahwa kontak militer lintas perbatasan belum sepenuhnya dihentikan.
Menanggapi hal tersebut, Menteri Luar Negeri India, Vikram Misri, dalam pernyataan resmi yang disampaikan pada Minggu pagi waktu setempat, mengungkapkan kekecewaannya terhadap insiden tersebut dan menyebut bahwa Pakistan telah melakukan pelanggaran berulang terhadap kesepahaman yang baru saja disepakati.
“Selama beberapa jam terakhir, kami mencatat adanya pelanggaran konsisten terhadap kesepahaman gencatan senjata yang telah kami capai malam ini. Ini merupakan tindakan yang tidak dapat diterima,” ujar Misri.
Ia menambahkan bahwa angkatan bersenjata India telah memberikan respons yang “proporsional dan terukur” atas insiden tersebut, seraya meminta Pakistan untuk segera menghentikan semua tindakan agresif yang berpotensi memicu eskalasi baru.
Pakistan Membantah dan Tegaskan Komitmen Damai
Sebagai tanggapan, Kementerian Luar Negeri Pakistan menyatakan bahwa pemerintah Islamabad tetap memegang teguh komitmennya untuk melaksanakan gencatan senjata yang telah diumumkan. Dalam siaran pers yang disampaikan pada hari yang sama, juru bicara kementerian menegaskan bahwa pasukan Pakistan tetap menunjukkan pengendalian diri meskipun adanya pelanggaran dari pihak India.
“Pakistan tetap berkomitmen untuk menghormati dan melaksanakan gencatan senjata antara kedua negara, seperti yang diumumkan sebelumnya hari ini. Walaupun terjadi sejumlah insiden pelanggaran di beberapa sektor, pasukan kami telah menunjukkan sikap profesional dan menahan diri secara maksimal,” ujar juru bicara tersebut.
Pemerintah Pakistan juga menyerukan agar segala permasalahan yang timbul dalam implementasi awal gencatan senjata diselesaikan melalui jalur komunikasi resmi antar militer, sebagaimana diatur dalam protokol bilateral yang berlaku.
“Kami percaya bahwa semua kendala dalam pelaksanaan kesepakatan ini dapat dan seharusnya diselesaikan melalui komunikasi di tingkat yang sesuai, bukan melalui aksi sepihak di lapangan,” tambahnya.
Latar Belakang Ketegangan dan Peran Pihak Internasional
Ketegangan antara India dan Pakistan kembali meningkat tajam sejak insiden serangan militan di wilayah Pahalgam, India, pada bulan lalu. Pemerintah India menuding kelompok yang bermarkas di Pakistan sebagai dalang serangan tersebut, tuduhan yang dibantah keras oleh Islamabad.
Sebagai respons, India meluncurkan serangan terbatas terhadap sejumlah target yang disebut sebagai kamp pelatihan militan di wilayah Kashmir yang dikelola Pakistan. Tindakan ini memicu balasan berupa tembakan artileri dan serangan drone, hingga kemudian eskalasi meningkat menjadi salah satu konfrontasi militer lintas perbatasan paling serius dalam beberapa dekade terakhir.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengklaim bahwa gencatan senjata yang dicapai merupakan hasil dari upaya mediasi yang diprakarsai oleh Washington, dengan melibatkan beberapa negara mitra strategis. Namun, rincian negosiasi dan peran masing-masing pihak dalam proses tersebut belum dipublikasikan secara resmi.
Kashmir: Titik Rawan Sejak Lama
Wilayah Kashmir merupakan sumber utama konflik antara India dan Pakistan sejak keduanya memperoleh kemerdekaan dari Inggris pada tahun 1947. Kedua negara sama-sama mengklaim wilayah tersebut secara penuh, namun hingga kini masing-masing hanya menguasai sebagian wilayahnya.
Dalam kurun waktu lebih dari tujuh dekade, Kashmir telah menjadi ajang dua kali perang besar antara kedua negara bersenjata nuklir tersebut, serta menjadi pusat berbagai insiden bersenjata dan aktivitas militan yang merenggut ribuan korban jiwa, baik dari kalangan militer maupun sipil.
Setiap upaya damai yang pernah diinisiasi sebelumnya seringkali kandas akibat peristiwa pelanggaran gencatan senjata, perubahan kepemimpinan politik, atau tekanan domestik dari masing-masing negara. Oleh karena itu, skeptisisme atas keberlanjutan gencatan senjata terbaru ini pun muncul di kalangan pengamat.
Seruan Internasional untuk Menahan Diri
Menyusul insiden pasca-pengumuman gencatan senjata, sejumlah negara dan organisasi internasional menyerukan kedua belah pihak untuk menahan diri dan segera kembali ke meja dialog. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam pernyataan singkatnya menyatakan kekhawatiran atas situasi yang memburuk dan mendesak India dan Pakistan untuk menghormati prinsip-prinsip perdamaian dan menyelesaikan sengketa melalui jalur diplomasi.
Demikian pula, Uni Eropa dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) turut mengeluarkan pernyataan senada yang mendesak kedua negara menghindari tindakan provokatif dan menegakkan sepenuhnya komitmen gencatan senjata.
Baca Juga : Basis Produksi Karet China-Kamboja Resmi Diluncurkan Di China