Basis Produksi Karet China-Kamboja Resmi Diluncurkan Di China

Basis Produksi Karet China

Basis Produksi Karet China-Kamboja Resmi Diluncurkan Di China Pada Kamis, 8 Mei 2025, telah resmi diluncurkan sebuah basis produksi karet China-Kamboja yang berlokasi di Nanning, ibu kota Daerah Otonom Zhuang Guangxi di China selatan. Peluncuran fasilitas baru ini merupakan bagian dari upaya untuk memperkuat kerja sama lintas perbatasan dalam sektor industri dan perdagangan antara China dan negara-negara Asia Tenggara.

Fasilitas yang baru dibangun ini terletak di kawasan berikat komprehensif Nanning, sebuah area yang dikenal dengan dukungan fasilitas industri dan perdagangan yang memadai.

Dengan luas 7.500 meter persegi, basis produksi ini dilengkapi dengan lini pencampuran karet yang memiliki kapasitas tahunan sebesar 24.000 ton. Selain itu, terdapat juga pusat penelitian dan pengembangan (R&D) serta fasilitas penyimpanan yang mendukung kelancaran proses produksi.

Proyek ini merupakan hasil kolaborasi antara investor dari Kamboja dan Thailand, yang berperan dalam mendukung pengembangan dan pengelolaan fasilitas produksi tersebut. Tim ahli dari Thailand turut menyediakan dukungan teknis dan manajerial untuk memastikan kelancaran operasional di lokasi.

Basis Produksi Karet China Prospek Ekonomi

Imbas Cuaca Ekstrem, China Berpotensi Pacu Impor Karet - Market

Pada tahun 2026, basis produksi karet ini diproyeksikan akan menghasilkan output industri tahunan sebesar 1,08 miliar yuan, yang setara dengan sekitar 149,8 juta dolar AS. Nilai tersebut mencakup kontribusi pajak yang diperkirakan akan melebihi 54 juta yuan. Proyek ini diharapkan memberikan dampak signifikan terhadap perekonomian lokal, terutama dalam hal penciptaan lapangan kerja dan pengembangan sektor industri terkait.

Zhong Hong, Wakil Wali Kota Nanning, menjelaskan bahwa pengembangan proyek ini dimulai dari tahap perencanaan hingga peluncuran hanya dalam waktu 79 hari. Kecepatan dalam proses tersebut menunjukkan komitmen Nanning dalam memfasilitasi dan menarik investasi dari negara-negara ASEAN, yang menjadi mitra penting dalam perekonomian China.

“Proyek ini adalah langkah penting dalam memperkuat hubungan ekonomi dan perdagangan antara China dan negara-negara ASEAN. Kami berharap fasilitas ini dapat menjadi pusat utama untuk pengolahan karet serta perdagangan komoditas, dengan fokus pada pasar ASEAN,” ujar Zhong Hong dalam keterangan resminya.

Kerja Sama Ekonomi China dan ASEAN

Peluncuran basis produksi karet ini juga menjadi bukti nyata dari kemajuan kerja sama antara China dan negara-negara ASEAN di bidang perdagangan dan industri. Pada kuartal pertama tahun 2025, ASEAN tetap menjadi mitra dagang terbesar bagi China, dengan total nilai perdagangan mencapai 1,71 triliun yuan, yang mencakup sekitar 16,6 persen dari total perdagangan China. Angka ini menunjukkan peningkatan sebesar 7,1 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Kerja sama ini meliputi berbagai sektor, termasuk perdagangan barang, investasi, serta pengembangan infrastruktur dan teknologi. Dalam beberapa tahun terakhir, China dan negara-negara ASEAN semakin mempererat hubungan mereka melalui inisiatif Belt and Road Initiative (BRI), yang berfokus pada pembangunan infrastruktur dan konektivitas antar negara di kawasan Asia dan Eropa.

Sebagai bagian dari upaya untuk memperkuat hubungan perdagangan dan ekonomi, proyek ini juga diharapkan dapat memperdalam integrasi pasar karet antara China dan negara-negara ASEAN, yang merupakan produsen utama karet alam dunia. China sendiri, sebagai salah satu konsumen terbesar karet di dunia, diuntungkan dengan keberadaan fasilitas produksi yang lebih dekat dengan sumber pasokan utama.

Penghasil Karet Terbesar di Indonesia

Potensi Pengembangan Industri Karet di ASEAN

Asia Tenggara, terutama negara-negara seperti Thailand, Vietnam, dan Indonesia, telah lama dikenal sebagai pusat utama produksi karet dunia. Negara-negara ini memiliki potensi yang sangat besar dalam hal produksi karet alam, yang merupakan komoditas vital untuk industri otomotif, alas kaki, serta berbagai produk industri lainnya.

Dengan adanya basis produksi karet China-Kamboja di Nanning, diharapkan akan semakin memperkuat posisi kawasan ini dalam rantai pasokan global karet alam. Kolaborasi ini juga memberikan keuntungan bagi para produsen karet di ASEAN, yang dapat memanfaatkan pasar China yang besar, serta meningkatkan daya saing produk karet mereka di pasar internasional.

Peningkatan kapasitas produksi karet yang terintegrasi dengan fasilitas penelitian dan pengembangan juga membuka peluang untuk inovasi dalam pemrosesan karet, yang dapat mendukung pengembangan produk-produk baru yang lebih ramah lingkungan dan efisien dalam penggunaannya.

Bagi wilayah Nanning dan sekitarnya, peluncuran basis produksi karet ini diperkirakan akan memberikan dampak positif bagi perekonomian lokal. Selain menciptakan ribuan lapangan kerja langsung dan tidak langsung, fasilitas ini juga berpotensi menarik lebih banyak investasi dari perusahaan-perusahaan internasional yang tertarik untuk berkolaborasi dalam sektor industri dan perdagangan.

Dengan keberadaan fasilitas ini, diharapkan akan terjadi transfer teknologi dan pengetahuan dari Thailand dan Kamboja ke China, yang akan meningkatkan kemampuan industri karet lokal dalam hal proses produksi, kualitas, serta keberlanjutan.

Harapan untuk Masa Depan Kerja Sama China-ASEAN

Kehadiran basis produksi karet China-Kamboja di Nanning adalah contoh nyata dari semakin eratnya hubungan perdagangan dan industri antara China dan negara-negara ASEAN. Dengan proyek ini, kedua belah pihak berharap untuk meningkatkan volume perdagangan, memperkuat hubungan investasi, dan menciptakan peluang bisnis yang lebih luas di kawasan Asia Tenggara.

Dalam jangka panjang, kerja sama ini juga dapat menjadi model bagi sektor-sektor lain dalam ekonomi, seperti energi, teknologi, dan manufaktur, untuk mempererat kolaborasi antar negara di kawasan tersebut. Keberhasilan proyek ini akan menjadi salah satu langkah maju dalam mencapai tujuan bersama untuk membangun ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan bagi negara-negara Asia Tenggara dan China.

Baca Juga : Indonesia Dorong Kajian UNCLOS Dengan Hukum & Kemanusiaan

By Admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

saya bukan robot *Time limit exceeded. Please complete the captcha once again.